[pic: sase.org] |
Bagus Ardiyansyah
Pegiat Sanglah Institute
Dosen Sosiologi UNUD
Secara etimologi, patriarki berkaitan dengan sistem sosial di mana ayah menguasai seluruh anggota keluarganya, harta miliknya, sumber-sumber ekonomi, dan membuat semua keputusan penting, sedangkan secara harfiah, patriarki adalah kekuasaan ayah atau patriarch. Patriarki muncul sebagai bentuk ideologi bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan perempuan, perempuan harus dikuasai bahkan dianggap sebagai harta kepunyaan laki-laki. Menurut Sylvia Walby, patriarki merupakan sebuah struktur sosial dan praktik, di mana laki-laki mendominasi, menindas, dan mengeksploitasi perempuan.
Dengan kata lain, Patriarki adalah
sistem sosial dan budaya di mana kekuasaan, kontrol, dan otoritas terutama
dimiliki oleh laki-laki, sementara perempuan sering kali ditempatkan pada
posisi yang lebih rendah dalam berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga,
pekerjaan, pendidikan, dan politik. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani,
"patriarchēs," yang berarti "kepala keluarga" atau
"penguasa tertinggi." Dalam sistem patriarki, peran dan hak laki-laki
dianggap lebih penting dan dominan dibandingkan dengan perempuan.
Lebih lanjut, dalam pandangan Sylvia Walby patriarki mempunyai dua
bentuk, yakni patriarki domestik dan patriarki publik. Patriarki domestik
didasarkan dengan seorang laki-laki mengontrol perempuan secara individu dan
langsung, yakni di dalam rumah tangga. Kerja dalam rumah tangga dianggap
sebagai kodrat perempuan yang harus dikerjakan dan sifatnya tidak bisa di
tawar, dan perampasan pekerjaan perempuan terjadi dalam keluarga, seperti
pekerjaan merawat anak. Dalam patriarki domestik, laki-lakilah yang berada pada
posisi sebagai suami atau ayah yang merupakan penindas dan pengontrol terhadap
anggota keluarga, juga penerima manfaat langsung dari subordinasi perempuan.
Patriarki publik merupakan bentuk di mana perempuan mempunyai akses, baik pada arena publik maupun domestik. Perempuan tidak dilarang dalam arena-arena publik, tetapi tetap tersubordinasi di dalamnya. Bentuk eksploitasi perempuan terjadi pada semua level, tetapi perempuan tidak secara formal disingkirkan. Misal dalam pekerjaan, perempuan berpenghasilan lebih sedikit daripada laki-laki, perempuan dikonsentrasikan pada pekerjaan yang lebih rendah (segregasi vertikal), juga pada area kerja yang berbeda (segregasi horizontal). Selain dalam pekerjaan, arena patriarki publik yang lain adalah negara.
Walby—mengutip beberapa kajian sebelumnya—bahwa
patriarki publik dalam negara menyebabkan beberapa dampak, di antaranya:
pembatasan akses perempuan pada pekerjaan dengan upah; membentuk aturan tentang
pernikahan dan perceraian; kriminalisasi bentuk-bentuk kontrol kesuburan,
misalnya, aborsi dan kontrasepsi; seksualitas, dengan lahirnya aturan
pengadilan tentang penyangkalan hak asuh anak bagi ibu-ibu lesbian; kriminalisasi
homoseksual; dan kekerasan laki-laki, dengan tindakan pengadilan terutama yang
berkaitan dengan pemerkosaan, pencabulan, dan kekerasan seksual.
Dewasa ini, meskipun ada perubahan besar dalam berbagai aspek di dalam
kehidupan sosial, sistem patriarki kiranya masih sering terlihat, baik secara
implisit atau eksplisit. Misal, dalam media, seperti iklan, film, dan novel.
Iklan yang muncul dalam televisi biasanya akan menampilkan perempuan kalau
tidak sebagai figur yang glamor secara seksual maka sebagai ibu rumah tangga,
sementara laki-laki menduduki posisi kekuasaan. Kemudian dalam film, seperti
dalam film Ngeri-Ngeri Sedap, close, sherni, Kartini, On the Basis of Sex,
Suffragete, dan lain sebagainya. Dalam novel, seperti Kim Ji-Yeong, karya
Cho Nam-Jo, Emma,” yang ditulis oleh Jane Austen, novel Sekuntum Ruh dalam Merah karya Naning Pranoto (Munthe, 2014), novel
Perempuan di Titik Nol karya Nawal El
Sadaawi, dan lain sebagainya.
Patriarki adalah sistem yang telah mengakar dalam banyak budaya dan mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan. Meskipun telah ada banyak kemajuan menuju kesetaraan
gender, patriarki masih menjadi tantangan besar dalam menciptakan masyarakat
yang adil dan setara, apalagi praktiknya baik secara implisit atau eksplisit
terlihat melalui beragam media.
*****
0 Comments:
Post a Comment