Pic: breathetogetheryoga.com |
K. Nastya Anggaraini
Dosen Sosiologi UNUD
Pada tahun 2004, R. B. Lemelson melakukan penelitian tentang
kemanjuran pengobat tradisional untuk gangguan neuropsikiatri di Bali. Gangguan
Obsesif-Kompulsif (OCD) merupakan jenis penyakit mental yang menyebabkan
seseorang berulang kali terlibat dalam perilaku tidak rasional atau pikiran
yang bertentangan dengan keinginannya. Perawatan tradisional untuk kondisi ini
dianggap setidaknya sama efektifnya dengan pengobatan modern, sering digunakan,
dan pengalaman pasien yang dirawat secara tradisional direkonstruksi oleh
sistem simbol dan makna yang berakar pada budaya.
Dengan kata lain, ia merekonstruksi tindakan yang dianggap
sebagai penyebab penyakit, orang-orang yang menyebabkannya, dan metode
pengobatan dan perlindungan yang digunakan untuk mengatasinya. Terdapat empat
perspektif berbeda untuk memahami dan menafsirkan gangguan ini. Pertama, adalah
sindrom makna dan struktur dari sudut pandang korban. Kedua, model budaya
dominan yang digunakan untuk memahami dan memberi makna pada gejala. Ketiga,
pakar lokal, tidak terbatas pada mereka yang termasuk dalam kategori seperti pengobat
tradisional atau pakar agama atau ritual. Keempat, membingkai gejala
berdasarkan teori tentang hakikat budaya Bali dan hubungannya dengan pengalaman
individu. Mereka dipandang sebagai cara lain untuk menafsirkan gangguan
neuropsikiatri secara lintas budaya. Pemahaman terhadap model-model penjelasan
yang digunakan untuk membangun pengalaman dan makna penyakit tidaklah isomorfik
di seluruh perspektif yang berbeda ini.
Di Bali, penyakit endemik dan teorinya rumit dan digunakan
secara luas. Di seluruh Indonesia, praktisi pengobatan tradisional atau
etnomedisin sering kali diajak berkonsultasi sebagai pelengkap pengobatan alopatik.
Di bali, pengobatan tradisional dan pengobatan alopatik saling berkaitan erat.
Lemmelson mengacu pada data dari Thong (1993) yang menyatakan bahwa 70 persen
pasien mengunjungi fasilitas medis modern sebelum mengunjungi dukun, dan
pengobatan tradisional di Bali efektif dalam mengobati beberapa penyakit. Ia
menyatakan bahwa pengobatan tradisional masih efektif. Sistemnya beragam dan
pluralistik, dengan banyak kategori varian yang beroperasi dalam teori penyakit
yang berbeda. Pengaruh Hindu, Islam, dan pra-Hindu juga memainkan peran penting
dalam membentuk perawatan kesehatan Bali.
Selain itu, pengobatan alopatik Eropa juga memberikan
pengaruh. Bali adalah salah satu daerah terakhir di kepulauan Indonesia yang
ditaklukkan di bawah penjajahan Belanda. Biomedis Barat datang kemudian, tetapi
pada awalnya dampaknya kurang terasa dibandingkan dengan banyak pulau lain di
kepulauan tersebut. Namun, dengan munculnya pengobatan internasional Barat
dengan cepat pada abad ke-20, sistem kesehatan publik pertama yang dipimpin
pemerintah didasarkan pada pengobatan tersebut. Sistem ini digunakan bersama
dengan banyak model pengobatan tradisional.
Terdapat klasifikasi untuk memahami model penjelasan
penyembuhan tradisional di Bali. Lemelson merujuk pada Foster dan Anderson,
berpendapat bahwa seperti dalam banyak sistem etnomedis, penjelasan
personalistik memainkan peran penting. Lebih jauh lagi, dikatakan bahwa di Bali
terdapat perbedaan antara dua kategori utama suatu penyakit yaitu penyakit yang
disebabkan oleh fisik (naturalisti atau di Bali disebut sekala), dan penyakit yang secara langsung dan sengaja disebabkan
oleh manusia, leak, atau bahkan Tuhan
(personalistik atau di Bali disebut niskala).
Bersambung...
0 Comments:
Post a Comment