ANARKISME: Sejarah, Pemikiran, dan Perkembangannya

 


Penulis: Wahyu Budi Nugroho

Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Cetakan Pertama: Januari, 2025

Tebal: xvi + 144 halaman

ISBN: 978-623-236-440-0

Berat 300 gr

Harga Promo: 30k


Pengantar Penulis

 

Terkejut. Itulah yang saya rasakan saat pertama kali mulai membaca literatur tentang anarkisme secara serius. Sebelumnya, saya hanya membacanya secara sekilas, dan lebih banyak berasal dari Karl Marx saat ia menyinggung soal anarkisme Pierre Joseph Proudhon, termasuk diskursus mereka dengan saling balas buku, Proudhon dengan The Philosophy of Poverty, dan Marx dengan The Poverty of Philosophy. Tak bisa dipungkiri, perkenalan awal saya dengan anarkisme melalui Marx lah yang mulanya membuat saya cenderung “menyepelekan” anarkisme.

 

Bagaimana tidak, Marx tak segan mengatai kaum anarkis sebagai “orang-orang bodoh” dikarenakan pandangan sosialisme utopis-nya; Lebih jauh Marx mengatakan, mereka mengembangkan “imajinasi konyol” akan masyarakat tanpa kelas dengan menganggap seluruh manusia sebagai keluarga besar, dan secara bersama-sama bergandengan tangan bakal menujunya. Meskipun memang, pada akhirnya, sejarah turut membuktikan jika marxisme juga merupakan sosialisme utopis.

 

Adalah film Sherlock Holmes: A Game of Shadows (2011) yang memuat aksi-aksi pengeboman kelompok anarki yang kemudian mengusik saya untuk mulai membaca anarkisme secara serius, sedari awal, pun tanpa melalui perantara Marx. Lalu, ada juga film Libertarias (1996)—yang saya tonton setelah Sherlock Holmes—yang juga menambah gairah saya untuk lebih mendalami hal-ihwal anarkisme ... dan dari sinilah keterkejutan saya berawal. Ternyata, anarkisme memiliki beragam cabang pemikiran yang tak kalah kaya dibandingkan misalnya, marxisme, eksistensialisme, atau berbagai aliran pemikiran lainnya.

 

Begitu juga, ternyata kaum anarkis turut terlibat dalam berbagai momen penting sejarah yang membentuk dunia saat ini. Nyatanya, sekolah modern pertama didirikan oleh seorang anarki, ketentuan jam kerja delapan jam sehari tak lepas dari jasa kaum anarki, serta pelopor layanan kesehatan bagi masyarakat luas untuk pertama kalinya juga dibuat oleh kaum anarki. Sontak, pandangan saya mengenai kaum anarki dan anarkisme berubah 180 derajat. Saya insyaf, bahwa yang selama ini terjadi sesungguhnya adalah kesalahpahaman yang meluas tentang anarki dan anarkisme. Dahulu, dan mungkin seperti orang-orang kebanyakan, saya menganggap anarkisme hanyalah pemikiran yang mendorong aksi-aksi perusakan, vandal, dan hal-hal yang berasosiasi dengan kedestruktifan lainnya. Ternyata, mereka—kaum anarki—sangatlah humanis, kelewat humanis bahkan.

 

Lebih jauh, buku ini disusun untuk mengenalkan pembaca pemula pada anarkisme, oleh karenanya, sebisa mungkin, saya menulis dengan gaya bahasa yang ringan, pun saya harap mudah dimengerti, meskipun memang disadari, cara penulisan seperti ini seringkali berisiko menjebak pada “penyederhanaan berlebih” atau reduksionis. Akan tetapi saya harap, buku ini bisa menjadi pijakan awal bagi pembaca sebelum membaca buku-buku anarkisme lainnya yang lebih serius. Secara ringkas, buku ini berisi tiga bab besar, yaitu sejarah anarkisme, aksi dan pemikiran kaum anarki, serta perkembangan anarkisme hingga pos-Anarkisme dan anarkisme posmodern.

 

Perlu diakui pula, sebenarnya saya lebih tepat diposisikan sebagai “penyusun” mengingat beragam literatur mengenai anarkisme telah begitu banyak bertebaran di dunia maya, pun bisa diunduh secara bebas. Apa yang saya lakukan sebetulnya lebih pada menyusun dan menuliskan ulang dengan cara yang mudah dimengerti—semoga. Terlebih, secara pribadi, menjadi sangat disayangkan bagi saya jika literatur mengenai anarkisme yang selama ini telah dikonsumsi menguap begitu saja mengingat faktor “U” (usia). Dengan demikian, penulisan ulang berbagai materi tentang anarkime ini juga tak terlepas dari kepentingan pribadi.

 

Pun, untuk itu pula, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai situs yang menyediakan beragam literatur mengenai anarkisme secara gratis seperti theanarchistlibrary.org, libcom.org, anarkismo.net, pustaka.anarkis.org, pustakacatut.noblogs.org, sekaligus penerbit Daun Malam dan Pustaka Catut.

 

Tak lupa, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang berjasa dalam penulisan dan publikasi buku ini, baik secara langsung maupun tak langsung. Kepada penerbit Pustaka Pelajar, terima kasih atas kepercayaan dan kesediannya menerbitkan naskah yang sederhana ini sehingga sampai pada sidang pembaca sekalian. Terima kasih pula untuk Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati yang telah bersedia memberikan sepercik provokasi untuk para (calon) pembaca buku ini.

 

Ucapan terima kasih juga diberikan untuk Enky Permatasari, Swara Revolusi; kawan-kawan semasa kecil; Lukman Aji Prayafie, Ardhita Sukma Wardhana, Kharisma Ainu (Tantra), Azhar Aditya Rahman, dan Andi Prasetyo—nyatanya paling memungkinkan menjadi anarki saat kita masih kecil! Terima kasih pula untuk kawan-kawan Sanglah Institute; Gede Kamajaya, M. Zaenal Arifin, Bagus Ardiyansyah, Oka Sudarsana, Coyot, Brenda, Ames, Gek Chin, Fidi, Darma, Tanti, Tiwi, Jones, dan lain-lain; kawan-kawan SMA yang terus menemani; Sony Amartha, Rio Yunarwanto, Adnan Buyung, Umar Mustofa, serta Devana Widhiastika.

 

Tak ketinggalan, terima kasih juga untuk para tetangga Perumahan Grahalia yang baik hati; Sensei Ngurah Bagus (Mbah Ajus) dan keluarga, Bli @gilangpropag sang aktivis semesta—every punk happens to everything, termasuk pada buku ini, Bli—serta Pak Dokter Erdwin yang ramah. Akhir kata, saya hanya bisa menghaturkan selamat bertualang dalam anarkisme bagi pembaca sekalian.

 

 

Tukad Irawadi, Denpasar, Bali

06 November 2024,

Wahyu BN.

Pemesanan;

0 Comments:

Post a Comment