[Pic: a7ma.art.br] |
I. G. A. Ayu Brenda Yanti
Pegiat Sanglah Institute
The Itsy-Bitsy Spider merupakan salah satu lagu anak-anak yang
paling populer. Lagu ini kerap kali diajarkan di tingkat taman kanak-kanak dan
disertai gerakan jari yang menyesuaikan dengan lirik lagunya. Selain iramanya
menyenangkan, lirik lagu ini juga sangat mudah dihafal sehingga sering
diajarkan pada mereka yang baru memulai belajar Bahasa Inggris.
Namun
apabila dibaca lebih seksama lagi, lirik lagu dari The Itsy-Bitsy Spider ini sangat mirip dengan salah satu cerita
karangan seorang filsuf Perancis, Albert Camus, yang berjudul Mitos Sisifus.
Mitos Sisifus secara singkat menceritakan mengenai seorang tokoh dalam mitologi
Yunani bernama Sisifus, ia adalah seorang raja yang dihukum karena kezaliman
dan kelicikannya. Namun ia tak pernah habis akal untuk melarikan diri dari
semua hukuman yang diberikan. Hingga pada satu saat, Dewa Zeus geram dan mengasingkan
Sisifus ke Tartarus. Zeus memberikan hukuman pada Sisifus untuk mendorong
sebuah batu besar ke puncak gunung, dan ketika sudah sampai di puncak, batu
tersebut akan menggelinding kembali ke bawah dan Sisifus harus mengulangi
kembali pekerjaannya. Dengan demikian, Zeus berharap Sisifus tak akan bisa lagi
meloloskan diri dari hukumannya.
Albert
Camus sendiri menggambarkan hukuman Sisifus ini sebagai sebuah gambaran
kehidupan. Kesadaran manusia adalah bahwa hidup merupakan sesuatu yang tanpa
makna dan tujuan. Camus yang merupakan seorang filsuf eksistensialis mengatakan
bahwa usaha manusia dalam mencari makna atau tujuan hidup adalah tindankan yang
absurd, karena hal tersebut tidak
akan menemukan ujung.
Tahu
bahwa bebatuan di atas akan berguling lagi, kenapa masih ada keinginan untuk
mendorong kembali ke atas? Pada titik inilah Camus menolak pernyataan bahwa
hukuman Sisifus merupakan sebuah bentuk penderitaanm, tetapi baginya inilah gambaran
kehidupan manusia. Ketidakbermaknaan
hidup dapat dijalani ketika kita manusia menganggap kehidupan ini menyenangkan.
Camus menekankan bahwa kita harus menyadari bahwa Sisifus suka mendorong batu
tersebut. Camus tidak mengalah pada kematian, ia memberikan solusi atas
ketidakberartian hidup dengan berpikir bahwa hidup adalah hal yang
menyenangkan.
Kembali
lagi pada lirik lagu The Itsy-Bitsy
Spider, baris pertama dan keduanya berbunyi “The itsy-bitsy spider went up the water spout. Down came the rain and washed the spider out” Dalam lirik tersebut laba-laba digambarkan
sedang memanjat cerat air, laba-laba seharusnya sudah paham bahwa jaring yang
ia buat di sekitar cerat pasti tidak akan mampu menahan air yang akan lewat dan
juga tidak akan mampu melindungi dirinya dari limpasan. Namun ia tetap saja
membuat jaring tersebut dan bukan karena alasan spesifik tapi karena memang
itulah kehidupannya, yakni membuat jaring.
“Out came the sun and dried up all the
rain. The itsy-bitsy spider went up the spout again”
Apakah dari lirik tersebut menyiratkan kesedihan pada
laba-laba ketika ia terlimpas? Tidak. Justru ia kembali memanjat cerat air
ketika matahari terbit dan mengeringkan jalur tersebut. Matahari disini
menyimbolkan harapan atau semangat hidup, sehingga meskipun ia tahu akan jatuh
kembali, laba-laba tidak pernah menganggap bahwa kehidupannya menyedihkan. Sama
seperti tindakan Sisifus yang kembali mendorong batu ke atas gunung, tindakan
laba-laba kembali memanjat cerat air ini digambarkan sebagai kehidupannya. Ia
tidak berusaha menggali makna tindakan memanjat cerat air, karena hal tersebut adalah
hal yang absurd, ia memilih untuk kembali bersemangat dan menjalankan
begitu saja kehidupannya tersebut.
*****
0 Comments:
Post a Comment