Aktor dalam Timbangan Pilihan
Rasional
Tanti
Candra
Pegiat Sanglah Institute
Sekilas tentang James S. Coleman
James S. Coleman adalah sosiolog Amerika
yang lahir pada Mei 1926 di Bedford, Indiana, Amerika Serikat. Coleman
mempunyai karir yang sangat cemerlang di bidang sosiologi. Ia menerima berbagai
penghargaan, menjadi seorang profesor asisten di Universitas Chicago pada tahun
1956. Ketika itu, Coleman adalah seorang pengajar junior. Disertasinya mengangkat
bebrapa isu yang dikaji dalam Union
Democracy. Kemudian, Ia mengalihkan risetnya mengenai pemuda dan
pendidikan. Risetnya tersebut mendorong lahirnya sebuah kebijakan, yaitu
pengadaan bus sekolah guna adanya penyetaraan pendidikan di Amerika Serikat.
Selanjutnya, Coleman mengalihkan
perhatiannya ke dunia sosiologi matematis yang dijernihkannya, khusnya Introduction of Mathematical Sociology
dan The Mathematics of Collectiver
Action. Masih banyak lagi pengalaman Coleman lainnya di dunia pendidikan
Amerika Serikat yang menghantarkannya pada sebuah visi baru bagi disiplin
sosiologi, yakni: sosiologi harus mampu mengkaji sistem sosial baik mikro
maupun makro, dengan menggunakan metode kuantitatif, meninggalkan teknik-teknik
yang tidak sistematis, yang terkena bias-bias penyelidik, yang gagal mendukung
replikasi, dan sering kekurangan fokus penjelasan atau penyebaban. Visi
tersebut diyakininya sebagai perpaduan dari pandangan Robert K. Merton dan Paul
Lazarsfeld.
Teori Pilihan Rasional
Teori pilihan rasional merupakan teori
yang juga perpengaruh terhadap teori pertukaran. Teori ini diciptakan James S.
Coleman, diawali lewat tulisan jurnal yang berjudul Rationality and Society. Selanjutnya, Coleman juga menerbitkan
sebuah buku yang didasarkan pada perspektif teori pilihan rasional, buku
tersebut berjudul Foudation of Social
Theory. Teori pilihan rasional disebut juga dengan paradigma tindakan
rasional oleh Coleman. Dengan teori pilihan rasional, Coleman berusaha
menjelaskan fenomena level makro melalui level mikro. Menurut Coleman, sistem diciptakan oleh para aktor
melalui tindakan-tindakannya.
Coleman berpendapat bahwa sosiologi harus
berfokus pada sistem-sistem sosial, tetapi realitas sistem sebagai fenomena
makro, sebaiknya juga harus dijelaskan dengan faktor-faktor internal individu
secara prototipikal. Baginya, level mikro lebih tepat menjelaskan level makro
karena data-data dan fakta dikumpulkan pada level mikro oleh para individu, dan
kemudian menjadi sebuah sistem. Selain itu, menurut Coleman
intervensi-intervensi sehari-hari yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
dihasilkan pada level mikro. Fokus dari perspektif Coleman adalah, teori sosial
seharusnya bukan hanya suatu latihan akademis, tetapi juga harus mempengaruhi
dunia sosial melalui intervensi-intervensi yang dihasilkan oleh individu.
Orientasi ide dasar pilihan rasional
Coleman itu menjelaskan bahwa tindakan individu dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan suatu tujuan sehingga dengan adanya
tujuan tersebut terbentuklah pilihan-pilihan dalam bertindak. Dalam menjelaskan
konsepnya tersebut, Coleman menggunakan logika ekonomi, yaitu konseptualisasi
yang melihat bahwa para aktor melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi
mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan yang mereka miliki.
Dua unsur yang membentuk teori pilihan rasional
adalah aktor dan sumberdaya. Sumberdaya adalah hal-hal yang dikendalikan aktor.
Adanya sumberdaya yang dikendalikan oleh aktor inilah yang menyebabkan
terjadinya sistem. Coleman menjelaskan terbentuknya suatu sistem sebagai berikut; dalam tindakan sosial paling
tidak melibatkan dua orang. Di antara keduanya memiliki sumberdaya-sumberdaya
yang diinginkan atau dibutuhkan oleh yang lainnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan mereka masing-masing. Oleh karena adanya
sumberdaya yang diinginkan dari aktor lainnya itulah, maka terjadi suatu
kerjasama, saling ketergantungan, dan membentuk tindakan-tindakan yang
sistematis.
Pertautan makro-mikro dalam teori
Coleman dapat dilihat bahwa Ia berusaha menjelaskan kombinasi-kombinasi
tindakan antarindividu yang akhirnya menghasilkan perilaku sistem, pertautan
itu berarti pertautan mikro ke makro. Namun, Coleman juga menjelaskan pertautan
makro ke mikro, yaitu dengan menerangkan bagaimana sistem-sistem yang telah
terbentuk membatasi orientasi para aktor. Walaupun terlihat ada keseimbangan
antara mikro dan makro, namun Ritzer melihat terdapat tiga kelemahan teori pilihan
rasional Coleman, yaitu; Pertama,
prioritasnya terlalu besar pada teori mikro ke makro sehingga cara yang
demikian memberikan kesempatan yang sedikit kepada hubungan-hubungan yang lain.
Kedua, ia juga cenderung mengabaikan
isu makro-mikro. Dengan demikian panah-panah penyebab hanya menuju satu arah:
ia mengabaikan hubungan dialektis di antara fenomena makri-mikro.
Teori pilihan rasional memberikan
otoritas kepada para aktor dalam menentukan tindakannya, sehingga cenderung
menghasilkan subordinasi satu aktor terhadap aktor lainnya karena sumberdaya
yang dimiliki mempengaruhi pilihan seseorang, semakin besar sumberdaya yang
dimiliki, maka pilihannya pun semakin banyak atau semakin luas. Dari teori
pilihan rasional ini, Coleman juga menciptakan fenomena makro yang paling
mendasar, yaitu sistem independen. Dalam sistem tersebut, Coleman menjelaskan
bahwa aktor bertindak bukan untuk mencapai tujuannya sendiri, melainkan tujuan
bersama atau tujuan kolektif yang independen.
Perilaku Kolektif
Coleman menjelaskan perilaku kolektif
dengan pendekatan pilihan rasional, karena baginya teori ini dapat menjelaskan semua
tipe fenomena makro. Coleman menyatakan bahwa pergerakan dari aktor rasional
menuju tindakan kolektif adalah pemindahan sederhana dan rasional, kendali dan
tindakan seorang aktor terhadap aktor lain yang dilakukan secara sepihak,
bukanlah sebuah pertukaran. Orang-orang melakukan kendali terhadap orang
lainnya dalam perspektif tindakan rasional adalah semata-mata untuk
memaksimalkan keuntungan. Normalnya, optimalisasi yang dilakukan individu
meliputi penyeimbangan kendali di kalangan para aktor. Tetapi, yang terjadi
kemudian pada perilaku kolektif adalah ketidakseimbangan tindakan atau perilaku
oleh sebagian aktor di dalamnya yang disebabkan oleh pemindahan pengendalian
sepihak sehingga terjadilah ketidakseimbangan yang menjadi ciri khas perilaku
kolektif.
Norma-norma
Norma-norma adalah fenomena makro
lainnya yang coba dijelaskan oleh Coleman. Menurut perspektif makro, norma-norma
sudah ada begitu saja, dan norma-norma inilah yang mengendalikan perilaku
masyarakat. Coleman lebih tertarik menjelaskan bagaimana suatu norma bisa
terbentuk dan terpelihara dalam suatu kelompok. Menurutnya, norma-norma dibuat
dan dipelihara oleh sekelompok aktor yang melihat adanya keuntungan-keuntungan yang
dihasilkan dari kepatuhan terhadap norma-norma dan kerugian yang dihasilkan
dari pelanggaran yang dilakukan terhadap norma tersebut. Secara singkat, Coleman
menjelaskannya sebagai berikut; norma-norma terbentuk karena adanya penyerahan
hak dan kendali sebagian orang, dan diterimanya hak dan kendali tersebut oleh
sebagian lainnya sehingga kendali yang dipegang oleh tiap-tiap orang
tersalurkan secara luas kepada seluruh aktor di dalam kelompok yang memegang
kendali—norma. Orang-orang yang menyerahkan kendali atas dirinya ini, akan
menerima kendali parsial, sehingga terjadi pertukaran dan keseimbangan di dalam
kasus norma-norma.
Namun dalam beberapa kasus, norma-norma
pun mengalami ketidakseimbangan, yaitu ketika norma-norma dikendalikan oleh
sebagian pihak atas pihak lainnya. Namun, dalam hal ini ada konsensus yang
menjadi penyelamat atas keseimbangan yang terjadi dalam pelaksanaan norma-norma.
Kemampuan anggota kelompok dalam memperkuat konsensus berpengaruh pada efektivitas
dan penguatan pelaksanaan norma. Lebih lanjut, dijelaskan oleh Coleman bahwa
norma-norma adalah level makro yang menjadi ada berdasarkan tindakan bertujuan
level mikro.
Aktor Korporat
Coleman juga menjelaskan kasus aktor
korporat yang berada pada level makro. Di dalam kolektivitas yang terjadi, para
aktor tidak dapat bertindak berdasarkan kepentingannya sendiri, tetapi berdasarkan
kepentingan kolektif. Dalam kasus ini, dijelaskan pertautan makro-mikro. Dalam
proses pemungutan suara, terjadi pertautan dimensi mikro ke makro di mana
suara-suara individu ditabulasi dan dikumpulkan menjadi satu sehingga menentukan
suatu keputusan besar yang berakibat terhadap orang banyak. Sedangkan dalam
kasus lain, yaitu pencalonan kandidat, pertautan yang terjadi adalah pertautan
makro-mikro, yaitu sistem dan mekanisme serta kuasa kelompok yang memunculkan
seorang individu.
Coleman berpendapat bahwa baik aktor
korporat maupun aktor manusia memiliki tujuan. Tujuan aktor manusia di dalam
suatu organisasi atau kelompok yang tidak sejalan dengan tujuan kolektif inilah
yang mengakibatkan adanya gerakan-gerakan pemberontakan terhadap penguasa atau
otoritas. Dengan kasus tersebut, Coleman berusaha menunjukkan bagaimana
fenomena level mikro dapat menjelaskan fenomena level makro. Konflik
kepentingan yang diakibatkan oleh kepentingan-kepentingan aktor manusia sebagai
seorang individu inilah yang menyebabkan terjadinya pemberontakan terhadap otoritas
kolektif sehingga menghasilkan sebuah perubahan sosial.
Dengan pendekatan teori pilihan
rasional, Coleman melihat individu
sebagai pemilik kuasa penuh dan hak atas tindakan yang dilakukannya, sehingga
peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat tidak lain disebabkan oleh
tindakan individu. Lebih jauh, Coleman menjelaskan tentang perubahan
sosial, baginya perubahan sosial yang utama adalah kemunculan para aktor
korporat untuk menyempurnakan oknum alamiah para aktor. Keduanya dapat
dikatakan sebagai aktor yang mengendalikan berbagai sumberdaya dan
peristiwa-peristiwa; mereka adalah orang-orang yang memiliki keahlian dalam
mengambil tindakan untuk mewujudkan kepentingan kolektif melalui
pengendalian-pengendalian itu. Oleh karena itu, dalam masyarakat modern, aktor
korporat dianggap memiliki kedudukan yang semakin penting.
Kritik terhadap Teori Pilihan Rasional
Teori pilihan rasional tak lupt dari
berbagai serangan dalam disiplin sosiologi. Salah satunya adalah kritik Charles
Tilly yang dapat dijabarkan sebagai berikut; (1) Dianggap lalai dalam merinci
mekanisme-mekanisme kausal, (2) Dianggap menyesatkan karena mendorong suatu
reduksionisme psikologis yang tidak lengkap, dan (3) Dianggap menyesatkan
karena terlalu berfokus pada reduksionisme individual. Bagi Peter M. Blau, teori
pilihan rasional sangat jauh menyimpang karena menurutnya sosiologi harus
berfokus pada level makro, sedangkan teori pilihan rasional berada pada tataran
mikro. Selain itu, menurut Donald Green dan Ian Shapiro teori pilihan rasional
juga dianggap terlalu ambisius dan tidak memiliki batasan-batasan yang jelas,
terlalu mediskreditkan, mengabaikan, dan berusaha melenyapkan teori-teori
lainnya.
Meskipun menuai banyak kritikan, menurut
saya teori pilihan rasional sesungguhnya sangat cocok dan relevan digunakan
untuk mengkaji fenomena yang terjadi saat ini pada masyarakat modern yang
cenderung pragmatis, menginginkan imbalan atas apa yang dilakukannya. Dengan kata
lain, seseorang melakukan sesuatu karena ada tujuan tertentu yang ingin
dicapainya dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada. Bahkan, hal
yang demikian dapat ditemukan di dalam dunia pendidikan tanah air saat ini.
Sebagai contoh, di kalangan perguruan tinggi, ternyata nilai masih menjadi
orientasi para mahasiswa dalam melakukan aktivitas perkuliahan, sehingga mereka
akan melakukan apa saja yang dapat membuat nilai mereka bagus, termasuk
menyenangkan hati dosen sebagai seseorang yang memiliki kuasa akan nilai.
Perintah dosen biasanya dilakukan dengan
sangat baik oleh mahasiswa demi nilai karena mahasiswa melihat adanya sumberdaya
berupa kuasa penilaian pada dosen, dan dosen pun sebagai aktor yang memiliki
sumberdaya bisa melakukan tindakan lebih terhadap mahasiswanya. Di sisi lain,
dosen juga melihat sumberdaya yang ada pada mahasiswa untuk dimanfaatkan guna
mencapai tujuannya, semisal dengan menyuruh mahasiswa membantu melakukan
penelitian yang seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawab dosen. Akhirnya,
aktivitas yang demikian menjadi biasa dan tersisematis. Itulah salah satu
contoh studi kasus teori pilihan rasional.
*****
Tags:
Tanti Candra
...Adalah Sebuah Lingkar Studi; Adalah Sebuah Institut Untuk Pengkajian Dan Pengembangan Kajian-Kajian Bernuansa Mikrososial. Sanglah Institute (SI) Meyakini Potensi Kreatif Aktor Untuk Melakukan Perubahan Atau “Perbedaan” Sosial, Bahkan SI Meyakini Perubahan Sosial Selalu Berada Di Tataran Individual. Apa Yang Ditawarkan SI Adalah Pemberdayaan Individual, Sedangkan Produk Yang Dihasilkan SI Adalah Gerakan Individual. SI Adalah Suatu Aliran, Mazhab, Lebih Jauh: SI Adalah Cara Berpikir.
0 Comments:
Post a Comment