Rahim
Hujan
Faris
Al Faisal
co-Pegiat Sanglah Institute
Sajak Sungai
aliranmu
adalah sajak,
meliuk-liuk
dari hulu ke hilir,
menampung
bait-bait air hujan.
riakmu
adalah sajak,
diaroma
bau lumpur dan bebatuan,
endapan
kenangan di makan zaman.
warnamu
adalah sajak,
sail
yang bercerita ikan-ikan,
nelayan
yang melepas jala kehidupan.
arusmu
adalah sajak,
berkejaran
dengan sampan masa depan,
menuju
muara kerinduan ke laut impian.
Indramayu,
2018
Bumi Berapi
dari celah tanah pesisir yang berpasir
bumi berapi dalam pipa tabung kilang
balongan menyala menjadi kota minyak
mata tertuju pada kemilau gejolaknya
pada kampung-kampung nelayan
pada petani yang mengolah sawah
pada jalan-jalannya yang berlubang
bertubuh pepohonan berbayang perempuan
gurat kemiskinan wajah-wajah desa
membawa tabung-tabung gas yang langka
dalam antrian panjang seperti zaman minyak tanah
inikah bumi berapi?
Indramayu, 2018
Rahim Hujan
hujan memberikan rahim bagi pepohonan.
Melahirkan
batang-batang yang tumbuh subur berbuah
lebat
lagi lezat. Dipetik berkali tak jua mati
apakah padamu rahim hujan seperti burung
hud-hud. Mengabarkan sebuah harapan yang
akan lahir
menjadi benih. Membesarkan kebesaran tuhan
tetes hujan mengalir menuju laguna.
Bercampur baur
menyarikan sari pati kehidupan.
Rinai-rinainya
menjadi lagu yang menyatukan mozaik lama
pada setiap tetesan hujan kita dipertemukan
dengan iringan bunyi-bunyian dari langit.
Di bawah kubah
biru yang menaungi tanganku memelukmu
Indramayu, 2018
Bandar Cimanuk
pulanglah engkau ke badan dermaga
seperti anak-anak memeluk bunda
merapat kehangatan dengan cinta
kapal-kapal berpeluk manja
selama laut utara jawa bergelora
angin teman menyeberang benua
negeri bahari kemilau menjura
bandar cimanuk kemana dibawa
dirajah kerinduan pada bahtera
hilir-mudik menggeliat senja
kota dibangun permai raya
bersama berdiri sunda kelapa
cimanuk riwayatmu menderas asa
mengalir kerinduan sampai ke muara
bandar berpeluh berkeringat cahaya
lautnya menari berombak pesona
kapan tiba masa berjumpa
bandar cimanuk kembali berjaya
di kejauhan tampak lampu menyala
tiang-tiang kapal tegak mananda
Indramayu, 2018
Rembulan
yang Jatuh di Wajahmu
pada wajahmu bulan jatuh dengan sempurna. Tersenyum lebar,
muka bundar, rona pipi memendar dan
kerling mata berbinar. Di danau
memantulkan bayang kembar
angin berdesir menyisir jauh ke pesisir. Menggiring angan menuju
laut impian. Kudayungkan perahu rinduku untuk menyentuh
kecantikanmu. Seperti ikan yang bermandi cahaya pesona
aku mengukirmu di batu sungai dengan pahatan-pahatan kata.
Mengumpulkannya
menjadi sajak-sajak berbatu. Sebentar kemudian waktu terbiar mesra.
Rembulan
dipeluk bahagia dengan pertemuan dua kekasih
lukisan malam dipenuhi gemerlap cahaya. Terang benderang memberi
pesan
yang terbaca. Dipantul cermin air yang berkaca malam kian merona.
Dan wajahmu
berukiran semerbak bunga sedap malam
Indramayu, 2018
Garam-garam di Tubuhmu
barangkali dalam tubuhmu bertabur
garam-garam
yang diajarkan para moyang di tanah pesisir
laut jawa menggelorakan mimpi tentang
pasir-pasir
yang bergerak dicumbui desir angin pantai
peluhmu adalah perahu yang lepas dari
tambatannya
menuju muara cimanuk dan menyatu ke lautan
lepas
ikan-ikan yang hidup di kepalamu tak dapat
berenang
menunggumu membawanya ke bakul pelelangan
di sanalah ia bergerak untuk dimainkan
harga
dan kau terus terpanggang dibakar api
matahari
ombak-ombak di dadamu kerapkali bergemuruh
ketika harga di pasar setinggi gelombang
menggunung
dan burung pantai hanya bertengger di tali
layarmu
mematuki kain yang bertambal sulam
keringatmu
apalagi yang hendak kau tebarkan selain
pukat
yang robek meluka tubuhmu yang beraroma
garam?
Indramayu, 2018
Perihal Penulis
Faris Al Faisal lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di
Dewan Kesenian Indramayu. Karya fiksinya adalah novella Bunga Narsis Mazaya (Publishing House, 2017), Antologi Puisi Bunga Kata (Karyapedia Publisher, 2017), Kumpulan Cerpen Bunga Rampai Senja di Taman
Tjimanoek (Karyapedia Publisher, 2017), dan Novelet Bingkai Perjalanan (LovRinz Publishing, 2018) sedangkan karya nonfiksinya
yaitu Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat
di Indonesia (Penerbit Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
Puisi, cerma, cernak, cerpen dan
resensinya tersiar berbagai media cetak dan online seperti Kompas, Tempo, Media
Indonesia, Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung
Post, Padang Ekspres, Rakyat Sumbar, Radar Cirebon, Radar Surabaya, Radar
Sulbar, Radar Banyuwangi, Radar Bromo, Media Jatim, Merapi, Minggu Pagi,
Banjarmasin Post, Bali Post, Bangka Pos, Magelang Ekspres, Malang Post,
Solopos, Suara NTB, Joglosemar, Tribun Jabar, Tribun Bali, Bhirawa, Koran
Pantura, Riau Pos, Tanjungpinang Pos, Fajar Makasar, Serambi Indonesia, Majalah
Simalaba, Majalah Hadila, Majalah Suara Muhammadiyah, Tabloid Nova, IDN Times,
Sportourism.id, Puan.co, Nyontong.Com, takanta.id, galeribukujakarta.com,
SastraPurnama.Com, Kawaca.com, Simalaba.Net, Jurnal Asia, dan Utusan Borneo
Malaysia. Email ffarisalffaisal@gmail.com, Facebook www.facebook.com/faris.alfaisal.3, Twitter @lfaisal_faris, IG
@ffarisalffaisal, Line ffarisalffaisal
dan SMS/WA 085 224 107 934.
Tags:
co-Pegiat
...Adalah Sebuah Lingkar Studi; Adalah Sebuah Institut Untuk Pengkajian Dan Pengembangan Kajian-Kajian Bernuansa Mikrososial. Sanglah Institute (SI) Meyakini Potensi Kreatif Aktor Untuk Melakukan Perubahan Atau “Perbedaan” Sosial, Bahkan SI Meyakini Perubahan Sosial Selalu Berada Di Tataran Individual. Apa Yang Ditawarkan SI Adalah Pemberdayaan Individual, Sedangkan Produk Yang Dihasilkan SI Adalah Gerakan Individual. SI Adalah Suatu Aliran, Mazhab, Lebih Jauh: SI Adalah Cara Berpikir.
0 Comments:
Post a Comment