"Gadget dan update status adalah kemewahan terakhir yang dimiliki remaja saat ini."
Heboh Aplikasi
"id.testony.com"
Gede Kamajaya
Pegiat
Sanglah Institute
"Gadget dan update status adalah kemewahan terakhir yang dimiliki remaja saat ini."
Beberapa hari ini
media sosial diramaikan oleh aplikasi id.testony.com
yang menyediakan konten penjelasan tentang diri para pengguna media sosial.
Berbagai tanggapan pun muncul baik dari kalangan organisasi maupun individual.
Sebut saja somasi dari Aliansi Peduli Bahasa Bali yang meminta aplikasi
tersebut dihapus karena tak mencerminkan anggah-ungguh (struktur
bahasa) Bali yang sudah mapan. Tanggapan berbeda justru muncul dari para
pengguna aplikasi tersebut, banyak dari mereka mengganggap jawaban dari
aplikasi tersebut hanyalah lelucon semata, sebagian lagi tampak girang
menanggapinya karena jawaban yang muncul sesuai dengan harapan mereka. Jika
diklasifikasikan secara detail, maka ada beberapa kategori ekspresi diri yang
tampak dari para pengguna aplikasi ini. Pertama, mereka yang kecewa
pada jawaban yang muncul tetapi mengganggapnya lelucon saja. Kedua,
mereka yang mengamini jawaban yang muncul dari aplikasi tersebut sembari
berharap semua menitu jadi kenyataaan. Ketiga, mereka yang
menggunakan aplikasi tersebut tetapi tidak membagikannya di akun media sosial.
Tipe pertama dan kedua memiliki kecenderungan yang amat besar membagi jawaban
dari aplikasi tersebut ke akun media sosial mereka meskipun tidak jarang
jawaban dari aplikasi tersebut sembrono.
Pertanyaan menariknya adalah, kenapa banyak dari kita seringkali
mencoba segala aplikasi di media sosial untuk menjelaskan diri kita meskipun
kita sadar betul bahwa yang bekerja di balik semua aplikasi tersebut adalah
mesin yang dalam konteks psikologis sosial tak pernah menciptakan atmosfer “rasa
merasa” sebagaimana halnya manusia.
Perbincangan ini tidak lepas dari konsepsi diri dan bagaimana diri
dipersepsikan. Adalah William James, seorang psikolog Amerika Serikat yang
disebut sebagai orang yang pertama kalinya meletakkan konsep dasar untuk
memahami diri dan bagaimana arti penting memahami diri. Menurut James, diri
adalah kelengkapan psikologis yang memungkinkan seseorang untuk berefleksi,
perasaan dan kepercayaan yang memungkinkan seseorang menentukan tindakannya.
Lalu, bagaimana proses pemaknaan stimulus tentang diri? Pertama, manusia selalu tertarik
pada apa pun yang terkait dengan diri sendiri. Kedua, manusia
memiliki perhatian yang luar biasa terhadap informasi yang relevan mengenai
dirinya. Itulah kenapa segala sesuatu yang menyangkut tentang diri kita akan
dengan antusias kita coba, kita dengarkan berikut akan kita sampaikan kepada
orang lain, atau paling tidak menjadikan kita sumringah. Ini pula
yang menyebabkan kenapa segala bentuk aplikasi yang menawarkan penjelasan atas
diri selalu “laku” di media sosial.
Hal serius yang muncul adalah pemaknaan atas diri yang harusnya
dicari dengan introspeksi; peninjauan ke dalam diri, pengamatan terhadap perilaku
sendiri, penilaian orang lain, dan refleksi terhadap reaksi orang lain justru
digali melalui aplikasi yang sama sekali jauh dari metode memahami diri di
atas. Akibatnya, pemaknaan atas diri demikian dangkal karena seringkali jawaban
dari aplikasi yang menawarkan deskripsi tentang diri meskipun jauh dari
kenyataan justru diamini, dan diharapkan secara buta oleh para penggunanya.
Tags:
Gede Kamajaya
...Adalah Sebuah Lingkar Studi; Adalah Sebuah Institut Untuk Pengkajian Dan Pengembangan Kajian-Kajian Bernuansa Mikrososial. Sanglah Institute (SI) Meyakini Potensi Kreatif Aktor Untuk Melakukan Perubahan Atau “Perbedaan” Sosial, Bahkan SI Meyakini Perubahan Sosial Selalu Berada Di Tataran Individual. Apa Yang Ditawarkan SI Adalah Pemberdayaan Individual, Sedangkan Produk Yang Dihasilkan SI Adalah Gerakan Individual. SI Adalah Suatu Aliran, Mazhab, Lebih Jauh: SI Adalah Cara Berpikir.
0 Comments:
Post a Comment